Sumber Utama Berita Hoax dari Media Sosial ?

Dengan adanya teknologi, bisa membuat kita mudah. Dengan adanya media sosial, menjalin teman hingga persahabatan juga terasa sangat begitu menyenangkan.
Kebanyakan orang saat ini cenderung melakukan komunikasi dengan orang lain melalui chatting, tidak bertatap muka secara langsung. Dengan inilah yang bisa menjalin keakraban atau malah keretakan di dalam suatu hubungan baik dengan teman.
Sementara itu, jika kita lihat dari waktu ke waktu, media sosial berubah fungsi alias berubah fungsi yang dulunya hanya untuk bisa berkenalan, mencari teman, kini bisa jadi salah satu tempat penyebaran berita hoax di internet. Hal ini tentu tidak bisa untuk kita pungkiri.
Fungsi yang beralih ini sendiri biasanya didorong oleh perilaku si pengguna yang bebas untuk menggunakan komentarnya. Akan tetapi, komentar yang dikeluarkan tanpa memikirkan terlebih dahulu apa akibatnya, justru itu akan lebih berbahaya lagi.
Belakangan ini di dalam internet, Indonesia cenderung dibombardir dengan berita-berita hoax, yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya atau keaslian dari berita tersebut.

 

Media Sosial Sumber Berita Hoax?

Hoax
Hoax, via jurnalweb.com
Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) telah meluncurkan suatu bentuk survei mengenai adanya berita atau kabar hoax yang memang berkembang pesat di Indonesia selama beberapa tahun terakhir ini. Dari hasil survei yang berhasil didapat dan disimpulkan, ternyata media sosial menjadi salah satu sumber utama bagi penyebaran atau peredaran berita hoax.
Jalannya survei ini sendiri dilakukan dengan cara online yang telah melibatkan sebanyak 1.116 responden yang ada. Sebanyak 91,8% responden telah mengungkapkan jika berita mengenai sosial politik, seperti contohnya terkait Pemilihan Kepala Daerah atau pemerintah, merupakan salah satu bentuk hoax yang paling mudah dan paling sering ditemukan oleh pengguna, dengan presentase di media sosial yang mencapai hingga 92,4%.
Tidak hanya itu saja, sebanyak 62,8% responden juga mengaku jika pihaknya itu selalu atau seringkali menerima pemberitaan hoax yang berasal dari aplikasi pesan singkat, seperti salah satu contohnya berasal dari Line, Telegram atau WhatsApp.
Selain di media sosial yang menjadi tempat penyebaran berita hoax, ada juga yang lain yakni di dalam sebuah situs web alias website. Website ini sendiri telah mengumpulkan sebanyak 34,95% untuk televisi sebanyak 8,7%, media cetak 5%, email 3,1% dan yang terakhir adalah radio dengan perolehan 1,2%.
Sebanyak 96% responden juga mengatakan jika dengan adanya hoax yang sering muncul ini ternyata bisa dinilai menghambat laju pembangunan yang memang akan atau sudah dalam tahap dilakukan.
Di dalam survei yang sama tersebut juga mengungkap jika sebanyak 90,3% responden menjawab jika kabar hoax merupakan berita bohong yang memang disengaja, 61,6% mengatakan jika hoax merupakan suatu bentuk berita yang menghasut, 59% berpendapat jika berita hoax adalah salah satu berita yang tidak akurat, dan yang terakhir 14% menganggap jika hoax merupakan berita ramalan atau suatu bentuk fiksi ilmiah.
Kebanyakan dari para pengguna yang mengikuti survei juga menyatakan jika kabar hoax yang ada ini lebih cenderung menyudutkan pemerintah yang ada.
Jika berita yang tidak jelas sumbernya itu, banyak responden hingga 83,2% yang akan langsung memeriksa atau mencari kebenaran mengenai berita itu, sebanyak 15,9% akan langsung menghapus serta lebih memilih untuk bisa diam dan yang terakhir hanya ada 1% saja yang akan meneruskan berita itu.
Survei yang telah melibatkan ribuan responden ini sendiri, mencakup seperti :
  • 40%, responden dengan rentang usia antara 25 hingga 40 tahun
  • 25,7%, responden dengan usia di atas 40 tahun
  • 18,4%, responden dengan rentang usia antara 20 hingga 24 tahun
  • 7,7%, responden dengan rentang usia antara 16 hingga 19 tahun
Survei yang telah dilakukan ini sendiri berlangsung dengan cukup singkat, yang mana berlangsung selama 48 jam atau hanya 2 hari saja.
Bisa kita ketahui lebih lanjut jika berita hoax itu adalah berita yang memang bisa dibuat oleh siapa saja tanpa adanya fakta dan hanya untuk mendukung golongan mereka saja agar bisa memikat hati seluruh masyarakat Indonesia.
Dengan beredar atau maraknya berita hoax inilah, manusia atau rakyat di Indonesia akan dicuci otaknya secara lebih halus, sehingga perubahannya akan terasa di kemudian hari apabila kita tidak berhati-hati, bahkan jika kita terlalu berlebihan mengonsumsi berita hoax setiap harinya.
Bagikan ke :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar